Monthly Archives: February 2011

RENUNGAN (via Engkaryadi’s Blog)

RENUNGAN 6 Golongan wanita yang tidak layak      diperistri menurut Islam 1. Al -Anaanah: banyak keluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi motor tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup. 2. Al-Man … Read More

via Engkaryadi's Blog

Gunung Mencegah Gempa Bumi

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.” (QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba:7)

Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.

Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.

{Adnan Oktar}

 

Wajah Malaikatul Maut (via Master PIN)

Wajah Malaikatul Maut Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut     “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan). Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an : 1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghind … Read More

via Master PIN

Beruntungnya Orang Yang Sibuk Melihat AIB Sendiri

Awal malapetaka dan kehancuran seseorang terjadi ketika penyakit sombong dan merasa diri paling benar bersemayam dalam hatinya. Inilah sifat yang melekat pada iblis. Sifat inilah yang berusaha ditransfer iblis kepada manusia yang bersedia menjadi sekutunya.

Sifat ini ditandai dengan ketidaksiapan untuk menerima kebenaran yang datang dari pihak lain; keengganan melakukan introspeksi (muhasabah); serta sibuk melihat aib dan kesalahan orang lain tanpa mau melihat aib dan kekurangan diri sendiri.

Padahal, kebaikan hanya bisa terwujud manakala seseorang bersikap rendah hati (tawadu); mau menyadari dan mengakui kekurangan diri; melakukan introspeksi; serta siap menerima kebenaran dari siapa pun dan dari mana pun. Sikap seperti ini sebagaimana dicontohkan oleh orang-orang mulia dari para nabi dan rasul.

Nabi Adam AS dan Siti Hawa saat melakukan kesalahan dengan melanggar larangan Tuhan, alih-alih sibuk menyalahkan iblis yang telah menggoda dan memberikan janji dusta, mereka malah langsung bersimpuh mengakui segala kealpaan seraya berkata, “Ya, Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Al-A’raf [7]: 23).

Demikian pula dengan Nabi Yunus AS saat berada dalam gelapnya perut ikan di tengah lautan. Ia tidak menyalahkan siapa pun, kecuali dirinya sendiri, seraya terus bertasbih menyucikan Tuhan-Nya. Ia berkata, “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesunguhnya, aku termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al-Anbiya [21]: 87).

Bahkan, Nabi Muhammad SAW selalu membaca istigfar dan meminta ampunan kepada Allah SWT sebagai bentuk kesadaran yang paling tinggi bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Karena itu, ia harus selalu melakukan introspeksi. Beliau bersabda, “Wahai, manusia, bertobatlah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sebab, aku bertobat sehari semalam sebanyak seratus kali.” (HR Muslim).

Begitulah sikap arif para nabi yang patut dijadikan teladan. Mereka tidak merasa diri mereka sudah sempurna, bersih, dan suci. Allah SWT berfirman, “Janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui orang yang bertakwa.” (QS Annajm [53]: 32).

Karena itu, daripada mengarahkan telunjuk kepada orang, lebih baik mengarahkan telunjuk kepada diri sendiri. Daripada sibuk melihat aib orang, alangkah bijaknya kalau kita sibuk melihat aib sendiri. Dalam Musnad Anas ibn Malik RA, Nabi SAW bersabda, “Beruntunglah orang yang sibuk melihat aib dirinya sehingga tidak sibuk dengan aib orang lain.” {YM}

Cara-cara Mengikat Sepatu

Waktu jalan2 di forum ada trit bagus cara ngiket sepatu dari pada ilang dimakan trit yg laen simpen aja deh di blog sendiri biar pas anak dah mulai sekolah bisa di praktekin, ini dia cekidot…..

 

MENJAGA STAMINA IMAN (2)

MENJAGA STAMINA IMAN (2)

Masjid Al Murosalah, Telkom Learning Center, Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung

Penceramah : Dr. Aam Amiruddin

Session Materi :

Identifikasi tentang strategi menjaga Iman, yang pertama adalah mengenali cirri-ciriIman yang lemah. Ahad kemarin telah dijelaskan 3 point ciri iman yang sedang lemah, yakni :

  1. Mengalami kegersangan hati
  2. Mudah diperbudak hawa nafsu (Q.S 45: 23)
  3. Tidak punya rasa memiliki terhadap ajaran agama

Ciri-ciri Iman yang lemah (lanjutan)

4. Mengalami penurunan/degradasi jiwa syukur dan sabar.

“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik (surga) dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl 16 : 96)

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

(QS.Al-Mulk 67:1-2)

5. Lebih mengutamakan kehidupan dunia.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.Al-Qashash 28:77)

6. Tidak betah bergaul dengan orang-orang soleh.

“(Ibrahim berdo’a): “Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,” (QS.Asy-Syu’ara 26:83-84)

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.” (QS.Ali-Imran 3:193)

Hal-hal yang dapat Melemahkan Iman

  1. Iman tidak dirawat dengan baik.

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka

mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah

mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.” (QS.Al-Hadid 57:16-17)

MENJAGA STAMINA IMAN

Pertama  kali baca judul artikel ini saya merasa dalam keadaan prima namun setelah dibaca isinya mulai deh kebuka “jauh panggang dari api”  dan saya merasa penting untuk berbagi dengan agan-agan semua, semoga bermanfaat bagi saya dan agan semua amin….

 

MENJAGA STAMINA IMAN (1)

Masjid Al Murosalah, Telkom Learning Center, Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung

Penceramah : Dr. Aam Amiruddin

Session Materi :

Iman manusia selalu mengalami fluktuatif atau naik turun, terkadang iman kita naik tapi terkadang juga turun. Namun terkadang lebih sering turun dibanding naik. Syukur Alhamdulillah jika iman kita selalu mengalami progress atau kemajuan yang sangat signifikan. Lalu bagaimana cara agar kita dapat menjaga iman kita agar tetap kuat, atau stamina iman kita tetap bagus. Dalam pembahasan kali ini akan terbagi menjadi 3 sub atau 3 bagian,

Pertama “Ciri-ciri iman yang lemah”,

Kedua “Hal-hal yang dapat melemahkan iman”

Ketiga “Cara agar iman kita tetap kokoh atau kuat.”

Ciri-ciri Iman yang lemah:

1. Mengalami kegersangan hati

Sholeh dan tidaknya seseorang atau kuat lemahnya iman seseorang tidak ditentukan oleh akal, tapi kuat dan lemahnya iman seseorang bisa dipastikan dengan ‘sehat’nya hati, dan ditentukan oleh bersihnya hati. Boleh jadi seseorang yang kurang cerdas (maaf), akan tetapi hatinya bersih maka bisa jadi imannya lebih kuat dibandingkan dengan seseorang yang cerdas tapi hatinya kotor atau gersang.

Ciri-ciri hati yang gersang:

a. Tidak merasa nikmat dalam beribadah

Apakah anda merasa hambar ketika shalat? Tidak ada sedikitpun kenikmatan ketika sedang melaksanakan shalat?. Esensialnya semua ibadah itu membawa atau memberikan

kenikmatan, akan tetapi tidak semua orang dapat merasakannya. Misalnya, ketika anda

membeli semangkuk baso atau lontong kari, anda merasa tidak enak untuk memakannya

berarti ada yang salah dengan kondisi perasa dan perut anda.

Berarti disini permasalahannya adalah bukan karena baso atau lontong karinya yang bermasalah akan tetapi perut anda nya yang sedang bermasalah, begitupun dalam beribadah. Jika hati kita sedang gersang, seenak apapun ibadah tidak akan terasa nikmat, sebaliknya jika hati kita sedang sehat atau bersih ibadah apapun akan terasa nikmat.

 

b. Pesimis dalam berdo’a

Kalau kita sedang berdoa, akan tetapi yang muncul adalah rasa pesimis doa terkabul, maka

bisa jadi hati kita sedang gersang atau sedang tidak sehat.

 

c. Sulit memaafkan kesalahan orang lain

Hidup itu tidak bisa lepas dari pergaulan, dalam berinterakif setiap orang memiliki tabiat yang berbeda-beda, kalau hati kita sedang gersang ketika hati kita tersinggung maka sulit untuk memaafkan. Tidak hanya itu biasanya, orang yang hatinya gersang akan merasa gengsi untuk meminta maaf, ketika dia berbuat kesalahan. Padahal cirri manusia beriman adalah bersegera member maaf dan meminta maaf.

 

d. Menderita ketika orang lain sukses dan bahagia ketika orang lain menderita.

Ketika orang lain mendapatkan kebahagiaan, hatinya merasa tidak bahagia dan sebaliknya

ketika temannya atau orang lain mendapatkan kesusahan maka hatinya akan bahagia. Itulah yang disebut iri/dengki.

e. Mudah keluh kesah

Jika sekali-kali mungkin masih dalam batas yang wajar, akan tetapi jika keluh kesah sudah

menjadi rutinitas sehari-hari maka hati-hati bisa jadi hati kita sedang gersang. Lupa bahwa

kenikmatan dan susah itu adalah karunia ujian Allah SWT.

 

f. Mudah putus asa

Putus asa tidak selalu identik dengan bunuh diri, akan tetapi jika misalnya seorang ibu yangmenyuruh kepada anaknya untuk shalat kemudian anak tersebut tak juga mendengarnya, lalu kemudian ibu itu berkata “ahh, sudahlah terserah kamu mau shalat atau tidak…” maka itusudah termasuk mudah putus asa, hati anda sedang dalam keadaan gersang. Yang memberikan terbukanya hati hanyalah Allah, kita hanya sebagai sarana. Jadi jangan mudah kecewa dan putus asa.

 

g. Cenderung pelit

Kikir dan enggan untuk membantu orang lain. Pelit tidak selalu diidentikan dengan uang,

akan tetapi bisa jadi dalam bentuk lain, misalnya pelit dalam berbagi ilmu, pelit dalam

membantu orang lain.

 

2. Mudah diperbudak hawa nafsu (Q.S 45: 23)

Dalam diri manusia ada tiga macam nafsu nafsu yang saling berkompetensi/bersaing. Seharusnya

bisa diatur/manajemen dengan sebaik-baiknya.

a. Nafsu mutmainah yaitu nafsu yang mendorong untuk berbuat kebaikan.

b. Nafsu lawamah yaitu dorongan nafsu yang suka mengkoreksi.

c. Nafsu amarah yaitu nafsu yang suka mendorong untuk berbuat dosa.

 

3. Tidak punya rasa memiliki terhadap ajaran agama.

Jika kita memiliki suatu barang, dan anda mempunyai rasa memiliki terhadap barang tersebut, maka anda akan merawat menjaganya dengan baik, dan ketika ada seseorang yang menghina maka anda akan membela. Rasa memiliki bisa diartikan juga sebagai rasa ‘butuh’ akan pentingnya agama. Begitu pula jika kita memiliki rasa terhadap ajaran agama, maka anda akan menjaganya dengan baik, ketika ada

yang menghina agama maka anda akan merasa tersinggung bahkan marah, anda akan membela agama anda, jika anda mempunyai rasa memiliki terhadap ajaran agama.

Jika tidak mempunyai rasa memiliki terhadap ajaran agama, maka secara otomatis akan

menyebabkan :

a. Tidak mau mempelajari

b. Tidak mau mendakwahkan

c. Tidak mau membanggakan